NITRIMETRI
Makalah
ini dibuat dalam rangka melengkapi tugas Kimia Analitik

Disusun oleh:
NOVIA DYAH SAVITRI
NOVA VIONA
OKY ANUGRAH P.
Akademi Analis Farmasi dan Makanan
Sunan Giri Ponorogo
Jalan Batoro Katong Nomer 32 Ponorogo
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Seorang farmasis dituntun untuk
menguasasi berbagai metode yang digunakan untuk menetapkan
kadar maupun pembakuan suatu bahan atau menganalisis senyawa obat
salah satunya adalah dengan titrasi nitrimetri yang termasuk kedalam titrasi
volumetric. Nitrimetri umumnya digunakan sebagai penentuan sebagian besar obat
sulfonamida dan obat-obat lain sesuai penggunaannya.
Nitritmetri
merupakan penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku
natrium nitrit. Nitritmetri disebut juga dengan
metode titrasi diazotasi. Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan kadarnya dengan
metode nitritmetri diantaranya adalah penisilin dan sulfadiazin. Penetapan kadar senyawa ini dilakukan untuk
mengetahui kemurnian zat tersebut dalam satu sample.
Reaksi
diazotasi telah digunakan secara umum untuk penetapan gugusan amino aromatis
dalam industri zat warna dan dapat dipakai untuk penetapan sulfanilamida dan
semua senyawa-senyawa yang mengandung gugus amino aromatis.
Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan
dengan metode nitritmetri antara lain sulfamerazin, sulfadiazine,
sulfanilamide. Senyawa-senyawa ini dalam farmasi sangat bermanfaat
seperti sulfanilamide sebagai antimikroba. Melihat kegunaannya tersebut, maka
percobaan ini perlu dilakukan.
Tujuan
Titrasi Nitrimetri adalah untuk Memperoleh molaritas larutan baku NaNO2-, serta
Menetapkan kadar zat dalam sampel secara nitrimetri.
Analisis titrimetri adalah pemeriksaan atau penentuan
sesuatu bahan dengan teliti. Analisis ini dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu
analisis kuantitatif dan analisis kulitatif. Analisis kulitatif adalah
pemeriksaan sesuatu berdasarkan komposisi atau kualitas, sedangkan analisisi
kuantitatif adalah pemeriksaan berdasarkan jumlahnya atau kuantitinya. Pada
saat ini yang dibahas hanyalah analisis kuantitatif. Salah satu cara analisis
kuntitatif adalah titirimetri, yaitu analisis penentuan konsentrasi dengan
mengukur volume larutan yang akan ditentukan konsentrasinya dengan volume
larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan teliti atau analisis yang
berdasarkan pada reaksi kimia. Reaksi pada penentuan ini harus berlangsung
secara kuantitatif. Jenis reaksi yang terjadi pada
titrimetri ini dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. reaksi yang tidak mengalami perubahan bilangan
oksidasi atau reaksi yang tidak terjadi transfer/perpindahan elektron;
2. reaksi yang mengalami perubahan bilangan oksidasi
atau reaksi yang terjadi transfer/ perpindahan elektron.
Pada
saat ini yang akan dipelajari adalah reaksi yang tidak mengalami perubahan
bilangan oksidasi, karena dasar yang dipelajari baru sampai tahap ini. Reaksi
yang tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi meliputi (1)reaksi
penetralan(asam-basa), reaksi pembentukan endapan, reaksi pembentukan kompleks.
Untuk kegiatan ini reaksi yang dibahas hanyalah reaksi asam-basa karena
dasar-dasar mengenai teori ini sudah diperoleh yaitu teori asam-basa,
sifat-sifat unsur golongan IA(1), IIA(2), IVA(16), IIVA(17), larutan, dan
konsentrasi larutan. Reaksi asam basa adalah reaksi yang terjadi antara larutan
asam dengan larutan basa, hasil reaksi ini dapat bersifat netral disebut juga
reaksi penetralan, asam, dan basa tergantung pada larutan yang direaksikan.
Larutan yang direaksikan ini salah satunya disebut larutan baku.
Titrasi
redoks banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia karena berbagai zat organik dan
zat anorganik dapat ditentukan dengan cara ini. Namun demikian agar tirasi
redoks ini berhasil dengan baik, maka persyaratan berikut harus dipenuhi (1) :
Salah
satu metode yang termasuk dalam titrasi redoks adalah diazotasi (nitritmetri).
Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam diazonium dari gugus
amin aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit, dimana asam
nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu asam.
1.2
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang masalah diatas maka rumusan
masalah ini
adalah :
1.2.1
Bagaimana cara analisis/ penetapan kadar
zat/ obat dalam sediaan farmasi dengan menggunakan metode nitrimetri?
1.3
Tujuan
Pembahasan
Tujuan
pembahasan ini adalah :
1.3.1
Untuk mengetahui cara analisis/ penetapan kadar zat/
obat dalam sediaan farmasi dengan menggunakan metode nitrimetri.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Teori Umum
Titrasi
redoks banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia karena berbagai zat organik dan
zat anorganik dapat ditentukan dengan cara ini. Namun demikian agar tirasi
redoks ini berhasil dengan baik, maka persyaratan berikut harus dipenuhi (1) :
1. Harus tersedia pasangan sistem
redoks yang sesuai sehingga terjadi pertukaran elektron secara stokhiometri.
2. Reaksi redoks harus berjalan
cukup cepat dan berlangsung secara terukur (kesempurnaan 99%).
3. Harus tersedia cara penentuan
titik akhir yang sesuai.
Salah
satu metode yang termasuk dalam titrasi redoks adalah diazotasi (nitritometri).
Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam diazonium dari gugus
amin aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit, dimana asam
nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu asam.
Dalam
titrasi diazotasi, digunakan dua macam indikator, yaitu indikator dalam dan
indikator luar. Sebagai indikator dalam digunakan campuran indikator tropeolin
oo dan metilen biru, yang mengalami perubahan warna dari ungu menjadi biru
kehijauan. Sedangkan untuk indikator luarnya digunakan kertas kanji iodida.
Tirtasi
diazotasi ini sangat sederhana dan sangat berguna untuk menetapkan kadar
senyawa-senyawa antibiotic sulfonamide dan juga senyawa-senyawa anestetika
local golongan asam amino benzoate.
2.2. Pengertian Titrasi Nitrimetri
Metode titrasi diazotasi disebut juga dengan
nitrimetri yakni metode penetapan kadar secara kuantitatif dengan mengunakan
larutan baku natrium nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni
reaksi antara amina aromatic primer dengan asam nitrit dalam suasana asam
membentuk garam diazonium.
Nitrimetri adalah suatu cara penetapan kadar, suatu zat dengan
larutan nitrit.
2.3. Prinsip Titrasi Nitrimetri
Prinsipnya adalah reaksi diazotasi
1. Pembrtukan garam diazonium dari
gugus amin aromatic primer (amin aromatic sekuder dan gugus nitro aromatic);
2. Pembentukan senyawa nitrosamine
dari amin alifatik sekunder;
3. Pembentukan
senyawa azidari gugus hidrazida dan
4. Pemasukan gugus nitro yang jarang
terjadi karena sulitnya nitrasi dengan menggunakan asam nitrit dalam suasana
asam.
Contoh zat yang memiliki gugu amin aromatic primer
misalnya benzokain, sulfa; yang mempunyai gugus amin
alifatis misalnya Na siklamat; yang memiliki gugus hidrazida
misalnya INH; yang memiliki gugu amin aromatis sekunder adalah parasetamol,
fenasetin, dan yang memiliki gugus nitroaromatik adalah
kloramfenikol.
2.4. Hal-hal yang diperhatikan dalam
nitrimetri
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam nitrimetri adalah :
a.
Suhu
Pada saat melakukan titrasi, suhu harus antara 5-150C.
walaupun sebenarnya pembentukan garam diazonium berlangsung pada suhu yang lebih
rendah yaitu 0-50C. pada temperature 5-150C digunakan KBr
sebagai stabilisator. Titrasi tidak dapat dilakukan dalam suhu tinggi karena :
Ø
HNO2 yang terbentuk akan menguap pada suhu
tinggi.
Ø
Garam diazonium yang terbentuk
akan terurai menjadi fenol.
b.
Keasaman
Titrasi ini berlangsung pada PH + 2, hal ini
dibutuhkan untuk
1.
Mengubah NaNO2 menjadi HNO2-
2.
Pembentukan garam diazonium.
c.
Kecepatan reaksi
Reaksi diazotasi berlangsung lambat sekali, sehingga agar reaksi
sempurna maka titrasi harus dilakukan perlahan-lahan dan dengan pengocokan yang
kuat. Frekuensi tetesan pada awal titrasi kira-kira 1 ml/menit, lalu menjelang
titik-titik akhir menjadi 2 tetes/menit.
2.5. Indicator Nitrimetri
Untuk menentukan titik akhir titrasi nitrimetri dapat dgynakan digunakan
2 indikator yaitu:
a. Indikator dalam
Yaitu indicator yang digunakan dengan cara memasukkan indicator
tersebut ke dalam larutan yang akan akan dititrasi, contohnya tropeolin 00 dan
metilen blue.
b. Indikator luar
Sulfanilat ke dalam Erlenmeyer usahakan terlokalisasi pada satu
titik, agar tidak diperlukan banyak ammonia untuk melarutkan Serelah asam
sulfanilat larut, larutan kemudian diasamkan dengan HCI 25% sampai pH 2, karena
asam nitrit terbentuk pada suasana asam. Kemudian tembahan KBr, yang pada
titrasi nitrimetri diperlukan sebagai :
1.
Katalisator, yaitu untuk mempercepat reaksi karena KBr dapat
mengikat NO2 membentuk nitrosobromid, yang akan meniadakan
teaksi tautomerasi dari bentuk keto dan langsung membentukfenol.
2.
Stabilisator, yaitu untuk mengikat NO2 agar asam
nitrit tidak terurai atau menguap.
Dalam nitrimetri, berat ekivalen suatu
senyawa sama dengan berat molekulnya karena 1 mol senyawa bereaksi dengan 1 mol
asam nitrit dan menghasilkan 1 mol garam diazonium. Dengan alasan ini pula,
untuk nitrimetri, konsentrasi larutan baku sering dinyatakan dengan molitas (M)
karena maloritasnya sama dengan normalitasnya.
Pada
titrasi diazotasi, penentuan titik akhir titrasi dapat menggunakan indicator
luar, indicator dalam, dan secara potensiometri.
·
Indikator Luar
Indikator luar yang digunakan adalah pasta
kanji-iodida atau dapat pula menggunakan kertas kanji-iodida. Ketika larutan
digoreskan pada pasta atau kertas, adanya kelebihan asam nitrit akan
mengoksidasi iodide menjadi iodium dan dengan adanya kanji-iodida ini peka
terhadap kelebihan 0,05 – 0,10 ml natrium nitrit dalam 200 ml larutan. Reaksi
yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut :
Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan
larutan yang dititrasi pada pasta kanji-iodida atau kertas kanji-iodida akan
terbentuk warna biru segera sebab warna biru juga terbentuk beberapa saat
setelah dibiarkan di udara. Hal ini disebabkan karena oksidasi iodide oleh
udara (O2) menurut reaksi :
4 KI + 4 HCI + O2 2H2O
+ 212 + 4 KCI
I2 Kanji kanji
iod (biru)
Untuk meyakinkan apakah benar-benar sudah terjadi
titik akhir titrasi, maka pengujian seperti di atas dilakukan lagi setelah dua
menit
·
Indikator Dalam
Indikator dalam terdiri atas campuran tropeolin OO
dan metilen biru. Tropeolin OO merupakan indicator asam-basa yang berwarna
merah dalam suasana asam dan berwarna kuning bila dioksidari oleh adanya
kelebihan asam nitrit, sedangkan metilen biru sebagai pengkontras warna
sehingga pada titik akhir titrasi akan terjadi perubahan dari ungu menjadi biru
sampai hijau tergantung senyawa yang dititrasi.
Pemakaian
kedua indicator ini ternyata memiliki kekuarangan. Pada indicator luar harus
dikerahui dulu perkiraan jumlah titran yang diperlukan, sebab kalau tidak tahu
perkiraan jumlah titra yang dibutuhkan, maka sering melakukan pengujian apakah
sudah tercapai titik akhir titrasi atau belum. Di samping itu, kalau sering
melakukan pengujian, dikhawatirkan akan banyak larutan yang dititrasi (sampel)
yang hilang pada saat pengujian titik akhir sementara itu pada pemakaian
indicator dalam walaupun pelaksanaannya mudah tetapi seringkali untuk mengatasi
hal ini, maka digunakan metode pengamatan titik akhir secara potensiomerti.
·
Metode Potensiometri
Metode yang beik untuk penetapan titik akhir
nitrimetri adalah metode potensiometri dengan menggunakan electrode
kolomelplatina yang dicelupkan ke dalam titrat. Pada saat titik akhir titrasi
(adanya kelebihan asam nitrit), akan terjadi depolarisasi elektoda sehingga
akan terjadi perubahan arus yang sangat tajam sekitar +0,80 Volt sampai +0,90
Volt. Metode ini sangat cocok untuk sampel dalam bentuk sediaan sirup yang
berwarna.
Tirtasi diazotasi dapat digunakan untuk :
a)
Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mempunyai gugus amin
aromatis primer bebas seperti selfamilamid.
b)
Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mana gugus amin aromatic
terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol, ftalil sulfatiazol dan
parasetamol.
Pada penetapan kadar senyawa yang
mempunyai gugus aromatic yang terikat dengan gugus lain seperti suksinil
sulfatiazol harus dihidrolisis lebih dahulu sehingga diperoleh gugus amin
aromatis bebas untuk selanjutnya bereaksi dengan natrium nitrit dalam suasana
asam membentuk garam diazonium.
c) Senyawa-senyawa yang mempunyai gugus nitro aromatis
seperti kloramfenikol.Senyawa-senyawa nitro aromatis dapat ditetapkan kadarnya
secara nitrimetri setelah direduksi terlebih dahulu untuk menghasilkan senyawa
amin aromatis primer.Kloramfenikol yang mepunyai gugus nitro aromatis direduksi
terlebih dahulu dengan Zn/HCI untuk menghasilkan senyawa amin aromatis primer
yang bebas yang selanjutnya bereaksi dengan asam nitric untuk membentuk garam
diazonium.
Dalam farmakope Indonesi, titrasi diazotasi digunakan
untuk menetapkan kadar: benzokain; primakuin fosfat dan sediaan tabletnya;
prokain
HCI;sulfasetamid;natriumsulfasetamid;sulfametazin;selfadoksin;sulfametoksazl;tetrakain;
dan tetrakain SCI.
BAB III
METODE
KERJA
3.1
Bahan
1.
Larutan NaNO2 0,025
M
2.
Larutan HCl 25%
3.
Indicator tropeolin-OO
dan metilen blue
4.
Aquadest
5.
Es batu
3.2
Alat
1.
Buret
2.
Beaker glass
3.
Erlenmeyer
4.
Pipet tetes
5.
Corong
6.
Batang pengaduk
7.
Statif dan klem
8.
Kertas timbang
dan alat timbang
3.3
Prosedur
A.
Pembuatan
Larutan baku NaNO2 0,025 m 150ml
Perhitungan
:
g
= ml/1000 x M x BM
1.
Ditimbang NaNO2
sesuai perhitungan
2.
Masukkan ke
dalam beker glass 500ml
3.
Larutkan dalam
aquadest
4.
Tambahkan
aquadest sampai volume 150ml
5.
Aduk sampai homogen
B.
Standarisasi
larutan NaNO2 dengan indicator internal
1.
Timbang seksama
100 mg sulfadiazine
2.
Tambahkan 75 ml
aquadest
3.
Tambahkan 10 ml HCl
25% kocok sampai larut
4.
Tambahkan
indicator tropeolin OO:metilen blue = 2:3
5.
Rendam dalam air
es sampai suhu < 15

6.
Titrasi dengan
NaNO2 sampai terbentuk warna hijau
7.
Catat volume
titran
8.
Lakukan triplo
C.
Penentuan kadar Sulfadiazin
secara nitrimetri dengan indicator internal
1.
Timbang seksama
100 mg sulfadiazine (SD)
2.
Tambahkan 75 ml
aquadest
3.
Tambahkan 10 ml
HCl 25 % kocok sampai larut
4.
Tambahkan
indicator tropeolin OO:metilen blue =2:3
5.
Rendam dalam air
es sampai suhu < 15

6.
Titrasi dengan
NaNO2 sampai terbentuk warna hijau
7.
Catat volume
titran
8.
Lakukan triplo
3.4
Data Pengamatan
Pembuatan HCl 25 % 400 ml
( V . N )1 = ( V .
N )2
V . 37 =
400 . 25
V =
270,25 ml
A. Pembuatan
larutan baku NaNO2 0,025 M 150 ml
Penimbangan
I.
KT + zat = 0,3473 g


Zat
= 0,0885 g = 88,5 mg
II.
KT + zat =
0,4353 g


Zat
= 0,1567 g = 156,7 mg
III.
KT + zat =
0,3460 g


Zat
= 0,0783 g = 78,3 mg
B. Standarisasi
larutan NaNO2 dengan indicator internal
Titrasi
|
Volume
|
|
1
![]() |
2
![]() |
|
1
|
10,0 ml
|
13 ml
|
2
|
10,0 ml
|
28,5 ml
|
3
|
10, 0 ml
|
28, 5 ml
|
I.
V x M (NaNO2) = mg


173,19
= 0,0393 M
II.
V x M (NaNO2) = mg


173,19
= 0,0317 M
III.
V x M (NaNO2) = mg


173,19
= 0,0158
M

3

3
= 0,0289 M
C. Penentuan
kadar NaNO2 secara nitrimetri dengan indicator internal
Titrasi
|
Volume
|
|
Sp
|
2
![]() |
|
1
|
10,0 ml
|
21 ml
|
2
|
10,0 ml
|
27,5 ml
|
3
|
10, 0 ml
|
28 ml
|
I.
KT + zat =
0,4883 g


Zat = 0,2754 g = 275,4 mg
II.
KT + zat = 0,5470
g


Zat
= 0,2712 g = 271,2 mg
III.
KT + zat =
0,5244 g


Zat = 0,2629
g = 262,9 mg

B
. Sp zat

275,4
= 55%

B
. Sp zat

271,2
=
73%

B
. Sp zat

262,9
= 77%

3

3
BAB
IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Pada penentuan kadar zat aktif menggunakan
titrasi nitritometri, reaksi diazotasi biasanya dilakukan pada
senyawa yang memiliki gugus aromatis-bebas. Reaksi diazotasi didasarkan pada
pebentukan garam-garam diazonium yang terbentuk dari reaksi asam nitrit dengan
amin aromatik bebas.
Metode titrasi Nitrimetri merupakan metode
penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku Natrium
Nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina
aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam
diazonium.
Dalam Nitrimetri, berat ekivalen suatu senyawa
sama dengan berat molekulnya karena 1 mol senyawa bereaksi dengan 1 mol asam
nitrit dan menghasilkan 1 mol garam diazonium. Dengan alasan ini pula, untuk
nitrimetri, konsentrasi larutan baku sering dinyatakan dengan molaritas (M)
karena molaritasnya sama dengan normalitasnya.
Prosedur yang dilakukan untuk menetapkan kadar suatu senyawa
obat menggunakan nitrimetri, yaitu dengan pembuatan larutan baku dan penetapan
kadar kloramfenikol.
Larutan natrium nitrit (NaNO2) 0,1N ini dibuat dengan
cara, sebanyak 0,025 M NaNO2 ditimbang seksama kemudian
dimasukkan ke dalam beaker glass. Lalu dilarutkan dengan menggunakan
air/aquadest. Diencerkan dengan menggunakan labu ukur 150 ml, hingga tiap 150
ml larutan mengandung 0,025 M mg NaNO2.
Sebanyak kurang lebih 100 mg asam sulfanilat pa ditimbang
seksama, yang sebelumnya telah dikeringkan pada 120˚C sampai bobot tetap. Asam
sulfanialt tersebut dimasukkan ke dalam gelas piala dan ditambahkan dengan 0,2
gram natrium hydrogen karbonat dan sedikit air. Campuran tersebut diaduk hingga
larut. Larutan diencerkan dengan 100 ml air dan ditambah dengan 10 ml asam
klorida P. larutan tersebut didinginkan sampai suhunya tidak lebih dari 15˚C.
titrasi pelan-pelan dengan natrium nitrit 0,1 M hingga setetes larutan segera
memberikan warna biru pada kertas kanji iodide. Titrasi diangggap selesai jika
titik akhir dapat ditunjukkan lagi setelah larutan dibiarkan selama 2 menit.
Dalam praktikum ini, hasil normalitas dari proses penentuan
sampel berbeda-beda dari setiap kelompoknyanya meskipun larutannya sama. Hal
ini dapat disebabkan karena kesalahan dalam pengamatan, atau terdapat
pengotor-pengotor pada alat-alatnya sehingga perbedaan pembakuan dapat mempengaruhi
hasil dari perhitungan kadar zat uji
BAB V
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.1.1. Kadar yang diperoleh pada titrasi nitritometri Sulfadiazin 58,3 %.
3.1.2. Perbedaan normalitas hasil
penentuan sampel dapat terjadi akibat perbedaan dalam pengamatan pada
setiap kelompoknya yang dapat mempengaruhi hasil akhir kadar yang
dihitung.
3.2. Saran
3.2.1. Pada saat melakukan titrasi
suhu harus antara 5 – 15
.

3.2.2. Keasaman titrasi ini
berlangsung pada pH
.

3.2.3. Reaksi nitrimetri
berlangsung lambat sekali, sehingga agar reaksi sempurna maka titrasi harus
dilakukan perlahan – lahan dan dengan pengocokan yang kuat.
DAFTAR
PUSTAKA
http://nitrimetri.blogspot.com/2012/03/praktikum.html,
diakses 22 Juni 2013
http://nitrimetri.blogkita.com/2012/06/praktikum.html,
diakses 22 Juni 2013
No comments:
Post a Comment