PENETAPAN KADAR ANTALGIN DALAM
SERBUK
I.
TUJUAN
Menentukan kadar Antalgin Dalam serbuk secara
iodimetri.
II.
METODE
Iodometri.
III.
REAKSI
KUALITATIF
a. Organoleptis
:
·
Bentuk : kaplet
·
Warna : putih
·
Bau : tidak berbau
·
Rasa : pahit
b. Identifikasi
·
Zat + FeCl3 → biru tua –
coklat – orange
·
Zat + HCl + NaNO2 → biru
kehijauan
·
Zat + AgNO3 → ↓ungu keabu-
abuan
·
Zat + KMnO4 →↓ coklat muda
kehitaman
IV.
DASAR
TEORI







Natrium
2,3 _ dimetil _ 1 _ fenil _ 5 _ pirazolon _4_ metal aminometan . Metamphiron /
Antalgin mengandung lebih dari 99.0 % dan tidak lebih dari 101,0% C13H16N3
jika dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan .
a. Pemerian : Serbuk hablur putih kekuning
kuningan
b. Fungsi : Analgesik dan antipiretik
c. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup, simpan ditempat
sejuk dan kering terlindung dari cahaya
d. Kontra
indikasi :
·
pasien yang alergi timbul gatal – gatal
·
payah jantung
·
Deviasi glukosa, dan fosfat
dehidrogenase atau diabetes
·
Pada pasien granula stoporid /
pembentukan darah
e. Peringatan
: jangan digunakan jika ada obat
yang ringan
V.
PRINSIP
Reaksi
Reduksi Oksidasi (Redoks) :
a.Pembentukan
KIO3 dengan Na2S2O3
2KIO3
+ KI →I2
b.
Pembentukan I2 dengan Na2S2O3
I2
+ Na2S2O3
→ 2 NaI + Na2S4O6
c.
Penetapan antalgin secara iodimetri
I2
+ H2O → 2HI + O







![]() |
N-C6H5 C6H5-
NaHSO3-O
VI.
ALAT
DAN BAHAN
-
ALAT
·
Bola
hisap
·
Erlenmayer
·
Tabung
reaksi
·
Pipet
tetes
·
Double
plate
|
·
Statif
klem
·
Gelas
ukur
·
Beaker
glass
·
Buret
|
-
BAHAN
·
KIO3
0,05 N
·
Na2S2O3
0,05 N
·
I2
0,05 N
·
KI
10%
|
·
H2SO4
2 N
·
Amylum
1%
·
Aqudest
bebas CO2
|
VII.
PROSEDUR
A. Standarisasi
Na2S2O3 dengan KIO3
1. Pipet
10,0 ml KIO3 masukkan dalam erlenmayer
2. Ditambahkan
5 ml KI 10%
3. Ditambah
5 ml H2SO4 2N ,tutup dengan plastic
4. Titrasi
dengan Na2S2O3 ad warna kuning muda
5. Tambahkan amylum 1% 1 ml ( timbul warna biru)
6. Titrasi
kembali ad warna biru hilang
7. Catat
volume Na2S2O3, triplo
B. Standarisasi
I2 dengan Na2S2O3 0,05 N
1. Pipet
10 ml I2 dimasukkan dalam erlenmayer( tutup dengan platik hitam)
2. Titrasi
dengan Na2S2O3 ad warna kuning muda
3. Tambahkan
amylum 1% 1ml ( timbul warna biru )
4. Titrasi
kembali ad warna biru hilang
5. Catat
volume Na2S2O3 , triplo
C. Penetapan
kadar sampel
1. Timbang
100 mg serbuk antalgin, dimasukkan dalam beakerglass
2. Ditambahkan
5 ml aquadest bebas CO2 , saring dalam erlenmayer sampai bebas
antalgin ;( cara : tetesan terakhir pada corong kaca + FeCl3 ad
warna kuning pada double plate ).Penambahan aquadest 5 ml secara konstan.
3. Ditambah
dengan 5 ml H2SO4 2N dan amylum 1% 2ml
4. Titrasi
dengan I2 ad biru mantap
5. Catat
volume I2 dan hitung kadar antalgin
Rumus :

Dimana : 1 ml I2 0,1 N ̴ 16,67 mg antalgin
VIII.
PEMBUATAN
REAGENT
A.
Pembuatan H2SO4 2N
150 ml
(VN)1
= ( VN) 2
V1
. 36 = 150 . 2
V1 = 8,33 ml
Cara :- ukur ± 8,33 ml H2SO4
masukkan dalam beaker glass yang telah diberi sedikit aquadest,tambahkan
aquadest ad 150 ml ,aduk ad homogeny
B.
Pembuatan Amylum 1% 50 ml
Gram = 

Cara ; timbang amylum ± 0,5 gram ,
masukan beaker glass ,tambahkan aquadest ad 100 ml ,panaskan sambil diaduk-
aduk ad mendidih
C.
Pembuatan baku KIO3 0,05 N 50
ml
Gram =
= 0,0892 gram → 89,2 mg

Penimbang :
KT + zat :0,3070 gram
KT + sisa :0,2260 gram
Zat : 0,0810 gram
Koreksi kadar :

Cara : timbang seksama 89,2 mg masukkan
labu ukur 50 ml, tambahkan aquadest bebas CO2 ad tanda kocok hingga
homogeny
D.
Pembuatan baku I2 0,05 N 1000
ml
Gram
= 

Penimbangan
:
KT
+ Zat : 17,8303 gram
KT
+ sisa : 14,6278 gram
Zat
: 3,2025 gram
Cara : timbang seksama 3,2025 gram I2
masukkan beaker glass , tambahkan aquadest bebas CO2 ad 100 ml aduk
ad homogeny
IX.
DATA
PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
A.
Penimbangan sampel 100 mg
Sampel
|
KT
+ Zat
|
KT
+ sisa
|
Zat
|
1
|
0,2582 gram
|
0,1548 gram
|
0,1034 gram →
103,4 mg
|
2
|
0,2582 gram
|
0,1588 gram
|
0,0994 gram →
99,4 mg
|
3
|
0,2522 gram
|
0,1535 gram
|
0,0987 gram
→98,7 mg
|
B.
Standarisasi Na2S2O3
dengan KIO3
Titrasi
|
Vol.
KIO3 (ml)
|
Vol.
Na2S2O3 (ml)
|
I
|
10,0
|
9,0
|
II
|
10,0
|
9,30
|
III
|
10,0
|
9,30
|
Volume rata
– rata = 

Kadar
Na2S2O3
(VN) KIO3
= (VN) Na2S2O3
10
0.045 = 9,20 x N2
N2 = 0,04891 N
C.
Standarisasi I2 dengan Na2S2O3
Titrasi
|
Vol. I2(ml)
|
Vol.
Na2S2O3 (ml)
|
I
|
10,0
|
4,40
|
II
|
10,0
|
4,10
|
III
|
10,0
|
5,50
|
Volume
rata – rata = 

Kadar
I2
(VN)
I2 = (VN) Na2S2O3
10
x N1 = 4,25 x 0,04891
N1 = 0,0207 N
D. Penetapan
kadar sampel
Titrasi
|
Antalgin
(mg)
|
Vol.I2
(ml)
|
I
|
104,7
|
7,3
|
II
|
103,7
|
5,3
|
III
|
94,2
|
4,5
|
Kesetaraan
1 ml I2 0,1 N ̴ 16,67 mg
antalgin
Kadar
:

Kadar I = 

Kadar
II = 

Kadar
III = 

Kadar
rata – rata = 

= 

X.
PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini kadar antalgin sangat kecil
tidak sesuai dengan BPFI yaitu hanya berkisar 20% yang seharusnya 90% - 101%
.Ini dikarenakan bahan antalgin atau sampel telah rusak sehingga kadarnya
berkurang .
Kendala dalam praktikum ini adalah penggunaan buret
coklat untuk baku standar 2o .Karena I2 mudah teroksidasi
dan rusak apabila terkena cahaya.
XI.
KESIMPULAN
Kadar yang didapat pada praktikum ini berturut –
turut 23,24% ; 17,03% ; dan 15,92% , dan kadar rata –rata sampel adalah 18,73 %
, sangat jauh dari standart BPFI,berarti tidak memenuhi syarat kadar dalam FI.
No comments:
Post a Comment